Hewan peliharaan di rumah selain kucing (oleh saya dan adik) dan beberapa tikus (yang bersarang independen di beberapa bagian rumah) adalah ayam.
Bapak sangat sayang sama ayam nya, pepagian sebelum beraktifitas bapak pasti nengok ayam, sebelum berangkat kantor pergi dulu jenguk ayam, pulang dari kantor (sebelum ganti pakaian) langsung menilik kandang ayam... Kadang-kadang saya dan keluarga merasa cemburu dengan si ayam. Apalagi kalau bapak hendak bepergian dan harus bermalam, sudah sangat dipastikan wejangan yang akan di sampaikan (bahkan sudah sangat di hafal mi) itu....adalah,
"ingat kasih makan ayam, janganko lupa kalau malam kasih masuk ke kandang..."
Ya Allah....La bapak... (adayyangi ayam na ingat).
Tapi siapa berani melawan titah bapak (lawan mitu), titahnya itu seperti sabda rasul yang hukumnya Wajib! Tidak di lakukan dapat hukuman, di lakukan Alhamdulillah.
Nah..seperti yang kita ketahui bersama.... ayam itu cepat sekali berkembang biak kan?! Jadi dalam sebulan, hanya dengan modal dua ekor pejantan dan betina (*bicara dengan lagak agen MLM*) bapak saya berhasil membangun jaringan di bawahnya, maksud saya bapak berhasil memiliki 20 ekor ayam sodara-sodaraaa....(hebat toh! haha)
Asal ada saja yang menetas, muka bapak pasti mesam mesem kesenangan. Kadang juga bapak bikin kaget dengan langsung bawa itu kutu' (baca: anak ayam) ke depan kita yang sedang menonton TV sambil bilang,
" heee...liat mi menetas lagi anak ayamnya bapaaak...lucu toh?! "
Kita yang tahu kalo bapak itu galak jadi rada aneh lihatnya.
Ekspresi awal....kaget dengan hidung yang kembang kempis.
Ekspresi kedua....alis mata naik satu.
Ekspresi ketiga...baku liat-liat satu sama lain.
Dan di detik selanjutnya langsung juga kompak heboh " yeeeee.....ada lagi anak ayaaaaaam....!!!!" , tanpa tahu alasan kenapa.
Intinya, kami senang melihat moment bapak yang jarang tertawa.
Day by day....berlalu.
Sampai saat negara api menyerang (hahahaa....bukaaan).
Jadi entah kapan di mulai horor tersebut (*soundtrack mistis*) . Ayam-ayam bapak mulai sakit satu per satu. Sudah segala macam obat di coba, tapi tidak jua memperbaiki keadaan. Kuburan-kuburan makin bertambah di dekat septic tank, bapak pula makin lunglai harus menggali buat mengubur bangkai hewan kesayangannya.
Kami jadi turut merasakan sedih nya. Apalagi para ayam wafat dengan cara mengenaskan. Di beri minum salah, di beri makan salah...kami...jadi serba salaah....di jemur lemas....di dinginkan malah ko'it. Saya sempat komentar,
"bapak..bawa mi ke dokter..."
Di jawab si bapak " awweeh tidak ada dokter hewan di sini, harus di suntik ini, tapi takkala mi menyebar penyakitnya..." dengan lirih.
Sampai akhirnya kejadian miris ini terjadi (tojenga), jadi si induk ayam yang tengah mengerami telurnya selama tiga hari turut wafat (saya tidak suka kata mati bahkan untuk hewan sekalipun). Meninggalkan telur-telurnya yang masih setengah jadi. Ckckckck..kodooong. T^T
Anehnya sodara-sodara.....setelah tiga hari wafatnya si induk ayam...bapak yang tengah bebersih kandang dengan jumlah ayam yang tinggal tiga itu kaget!!!
Dikiranya itu suara tikus yang sedang memakan telur-telur peninggalan mendiang induk ayam. Diperiksalah kardus tersebut.......... dibuka dengan saaangat hati-hati......... dan ditengok ke dalam.......dan tebak apa yang terjadi sodara-sodaraaa............ *genderang perang berbunyi* dururururrrruurururururrdudddddddduummmm!!!!!!!
Ternyata ada anak ayam yang menetas sendiri!!!!!!! (apaaaaaaaahhhh!!!????)
Yepp!!! bukan sulap apalagi sihir...bukan bantuan pak Tarno ataupun mentalist Dedy Botak. Si telur sudah tetas dan jadi anak ayam. Wuidiiiihhhh......si bapak langsung saja sumringah. Saking sumringahnya dua telur yang masih berupa telur di bawa serta.
Dipindahkan ke dalam kardus yang lebih hangat, dibantu penerangan lampu (enda tauk berapa watt) dan disitulah bapak berjam-jam....dalam ruang sempit yang dulunya gelap. Berjam-jam bapak menunggui si kutu' (anak ayam) untuk menetas juga. Di bolak baliknya si telur, di usap-usapnya si sulung yang sudah lebih dulu tetas. Dan guess what!? Beberapa hari kemudian tiga telur itu sudah jadi anak ayam berkat bapaaaaaak....(horeeeee........!!!!!). Sejak hari itu bapak menisbatkan diri untuk menjadi induk ayam menggantikan induk mereka yang telah wafat. Hari-hari bapak yang senggang di lalui untuk merawat para anak ayam yang yatim tersebut. Semangatnya mulai membuncah.
Tiga hari....
Enam hari...
Seminggu....
Si anak ayam sedang lucu-lucunya...bulunya masih pada jabrik ala rocker....
Sampai akhirnya tragedi itu terulang.... awalnya mereka cuma diam seperti tidur (betulanga'....), tapi ketika tidak lama ditinggal...tubuh mereka sudah dingin dan kaku. Satu demi satu....dan mereka pun punah. Anak ayam hasil jerih ayam bapak pula mangkat...(inna lillaaah...)
Saya kira musibah itu cukup sampai disitu, eh..tetiba si pejantan satu-satunya turut sakit. Bapak, saya kira sudah putus asa. Melihat semua ayam yang gugur satu demi satu. Ternyata saya salah (tawwaaa....). Bapak tidak mundur semangat sodara-sodaraaaaa!!!!!
Ayam, yang tinggal (benar-benar) satu-satunya ituh! Yang sakit pula! Parah pula ( asli aneh, kalo kalian nda percaya ada ayam yang sedang flu? saya percayaka'!! Flu tojengki weh!! Yang bersin dan keluar ingus pula weh!!!)
Di cekokilah oleh bapak dengan obat-obatan ayam hanya berdasar pada feeling (sesuai apa yang diliat dari itu ayam tanpa mendiagnosa apa yang na rasa...ini namanya sotta'2 tapi dumbak). Jadi bukan cuma obat hewan yang di kasih makan ke itu pejantan penyakitan, tapi juga obat manusia sodara-sodaraa!!! Mulai dari BODREX sampai MIXAGRIP!! *dustaaaakkk!!!!*
Dalam hati saya cuma bilang, " waduuuh....gappa ka over dosis ki ine ayam ka gang!! ato langsungi mati-mati ayam manna mami memang ayam ki..."
Tapi tetap ji bapak keukeuh kasih masuk itu pil-pil ke dalam tenggorokannya itu ayam. Saya cuma berani mendekati itu ayam ketika bapak sudah tidak ada. Yaaah...hanya siraman rohani yang saya bisa berikan, setidaknya membantu psikisnya itu ayam, kan perlu juga itu toh..
" ayaaam....apaka yang nu rasa......???"
Si ayam ceguk-ceguk tidak jelas.
" sakit nu rasa kepala nu ka yam.......?"
Si ayam bersin (suaranya kayak mau berkokok tapi satu oktaf ji)
"sabar ko ayam nah...harusko semangaaat...insha Allah sembuh jako itu......"
Si ayam nengok sambil kasih liat matanya yang berair (baru na janjang terus ka'...baru yang janjang birisi'). Yah...kayaknya saya tidak boleh gangguki. Saya pun permisi sambil kiss bye dari jauh, " ku sayangko juga ayaam...cepakko sembuh nah...muahh.."
Entah ada berapa minggu si ayam sudah lagi tidak saya perhatikan setelah itu.
Saya menyibukkan diri dengan hal lain karena saya takut terlalu sayang juga sama itu pejantan, dan bakal lebih lebay ekspresi sedihku kalau itu ayam benar-benar mangkat.
Sampai suatu hari....di pagi buta (dimana saya kebetulan bangun pagi.....), saya dengar kokok ayam yang sudah lama tidak pernah terdengar. Saya kira si bapak beli ayam baru lagi, tetapi pas buka pintu kandang...kagetnya ternyata yang berkokok itu si pejantan yang kemarin sakit parah tetapi akhirnyaaaaa.....diaaa jadi satu-satunya ayam yang berhasil melewati masa kritis dan selamat dari bahaya sodara-sodaraaaaaa.........(horeeeeeee!!!!!!)
Saya langsung lari ke bapak dan bilang, " bapaak!! sembuhmi tawwa ayam nya bapak di'!!!" yeeeeeyyy!!! alhamdulillaaaaah...!!!"
Si bapak yang dengan bangganya nyahut, " iya dooong....bapaaaak yang rawaaat..."
Weeeeiiittsss..... saya dan adek-adek langsung mengerubungi si ayam jantan tadi. Pangling liat si ayam yang sudah sembuh. baru itu ayam juga yang berkokok terus, yang kayak (beuuhh...) hebat sekali. Benar-benar tawwa pejantan tangguh!! Hahahahahaa.....
Langsung saja adekku ingat film barat yang cuma satu jagoan ji selamat dari bahaya, judulnya.......THE LAST MAN STANDING....!!! (cieeeeehhh....)
hahahaa..dia satu-satunya pejantan yang bertahan di akhir nya....:)
Doakan naah semoga pejantan tangguh kami KEEP STANDING UP!!
Posting Komentar