#2 Jakarta...Oh Jakarta

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh....


Sekarang sedang booming khimar. Apakah ada dari kalian yang sedang terkena dampak tersebut? Semoga iya..dan semoga benar hidayah..

Lah??!! Hehe..
I am actually dont wanna talk about it. Tapi dari sekedar lintasan lalu kemudian terpikirkan dan akhirnya secara tidak sengaja terpatri ke dalam alam bawah sadar..dan jadilah celetukan.
Bukan...kali ini saya tidak sedang meng-kepo-i mereka yang sedang manis-manisnya berjilbab (dengan tampakan) besar.

Saya hanya sedang mengingat busway yang saya lihat tadi pagi di jalan.
Yang saya dengar bahwa kampuang halaman nan jauh di mato sana...tengah mengoperasikan kendaraan umum yang serupa. 

Banyak hal dan pengalaman yang saya rasakan semenjak menggunakan transportasi tersebut sejak pertama kalinya.
 
Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, bahwa saya setelah terdepak dari perusahaan pelayaran Samudera Indonesia (hoohhh how I hate to spell that name), akhirnya kembali mendapat panggilan kerja sebagai staff General Affair pada perusahaan Korea yang juga masih berada di dunia pelayaran. Lokasi kantornya di kawasan Blok M. Transportasi umum yang sering saya gunakan adalah transjakarta. Dikarenakan harus masuk pukul 7 pagi, saya yang berdomisili di Priok harus berangkat jam 5 subuh demi tidak terlambat dan terhindar dari macet.

Selalu bertemu para bapak-bapak berkopiah dan berkoko nan syahdu baru pulang dari masjid..
Ber "mari pak" dengan khidmat yang dijawab dengan "mari neng..." yang sudah pasti diikuti pikiran.... La'lampa kemae antu ana darayyaa...na sassang inji alloaa.. (hahahaha...).

Dengan jadwal keberangkatan yang pagi-pagi buta  tanpa sarapan dan nyawa yang belum semua terkumpul, kadang saya berjalan sambil terkantuk-kantuk dan kaki terantuk batu. Jalanan dari kos ke jalan besar tampak lengang membuat saya selalu berjalan sambil celingak celinguk...(sapa tauk ada mangga jatuh toh..kan lumayan...). Kadang sedikit bergidik, entah bakal digarong maling karena dia kedapatan baru pulang kerja (untuk menghilangkan bukti..) atau ketemu anjing liar yang masih mencari makan.

Sampai di halte...ternyata saya bukan penumpang pertama. Jakarta memang tidak tidur (setidaknya bagi mereka para pencari suaka eh...bukan maksud saya para pencari makan) petugas halte busway juga sudah disana dengan tampang "jangko ajak bicaraka karena capek sekalika". Dan penumpang lainnya juga terlihat sama tidak semangatnya dengan saya. 

Saat bus transjakarta itu tiba hati rasanya sedikit senang. Pagi buta begini biasa kursi masih kosong. Apalagi memang rute nya masih pendek. Naik ke dalamnya hembusan AC masih cukup segar dan tidak pengap (jadi bisalaaaah kita ngalanjut tiduuur..). Saya suka memilih kursi dekat dengan pintu masuk sehingga bisa sandar ke samping pun dekat jika mau turun. Tas di kempit baik-baik, masker put on, kaki dilipat, sandar kepala ke palang samping, okeh...mari kita bobook. Kadang benar-benar sampai tertidur pulas sampai akhirnya seperti (kayak ada...) ada yang memandang dan menendang-nendang. Pas terbangun (ommaaLeeeee....) bus sudah full load. Saya yang tadi cuma sendiri jadi punya jamaah (hahahaha...), bahkan yang bergelantungan (maksud saya) berdiri sambil memegang hanger tangan pun berjubel. Kaki jadi terinjak-injak...dan pandangan orang yang sedang berdiri di depan saya pun sudah pasti selalu tertuju pada saya (baa...GR ja bilang saya na liaki..padahal kursi ku na mau). Dengan wajah bermasker kita bagai saling perang kilatan mata ala StarWar. Dan umpatan dalam hati...

"enak nu bisa duduk diiih..."
"hahaha..mau tongko kursi buat duduk??!! berangkatko subuh-subuh ceeeees..."

Yang terlihat memang baku liat-liat ji, tapi ada vibrasi disana kalau mau diterawang.

Begitulah..kadang juga saya cuma bisa pasang poker face.
Peringatan "berilah duduk bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak" kadang (maaf) tidak kami (bukan cuma saya) pedulikan (kecuali kalo di depannu pas itu orangtua atau na tegurki petugaska..hahaha).
Perasaan kita sama-sama capek dan mau sedikit istirahat membuat banyak dari penumpang yang pura-pura main HP atau tidur demi tetap mempertahankan kursinya (nantipi dia nda dapat kursi baru mi berpikir betapa jahatnya mereka yang tidak mau berbagi kursi). Bahkan banyak dari penumpang yang pura-pura hamil demi mendapat jatah tempat duduk. Hidup di Jakarta memang keraaaas. The stronger will surviveeee..hehehe..

Paling enak naik transjakarta kalau tidak perlu berganti bus lagi. Namun saya harus berganti sebanyak tiga kali. Jadi level parfum saya pun sama adanya. Berganti level tiga kali. Level rute pertama, okeeh..masih harum fresh sekali bahkan. Rute kedua...harus berganti bus di halte kedua, penumpang bus sudah mulai full, tempat duduk sudah unavailable ( pokoknya sebelum masuk bus harus memang maki mata-matai spot yang bisa dikasi jadi pegangan). Pernah suatu kali saya masuk bus, pegangan sudah tidak dapat, akhirnya tangan orang juga yang saya jadikan pegangan (ahaaaay...) sampai dia berdehem baru saya sadar. Mau ganti pegangan malah cuma jadi berpindah dari tangan si tanta yang tadi berdehem ke tangan tanta-tanta lainnya (yang dari tadi mi melirik seakan berkata..."awas memangko mappegang di saya cewets"). Akhirnya saya cuma bisa berdiri mematung dengan pasang kuda-kuda ala karatedo ban putih (coba mako nda pasang kuda-kuda na nu tattiling). Tapi pertahanan kuda-kuda saya kurang kuat sehingga pas tikungan tajam tubuh saya pun ikut miring dan.....menabrak mas petugas pintu masuk bus, "brukk!!"

"eh..maaf mas.."
Malu-malu mau boker (eh enda..maksud saya malu-malu tojenga untung bukan di Maros)
Si mas..eh om...eh pak..(eh mas mo deh)...dengan sigap memegangi saya (lebih tepatnya tas saya).
"hati-hati mbak..pegangan disini saja"
Saya pikir dia memberikan bahunya. Tapi pas melirik ternyata dia berkata sambil menunjuk palang pintu masuk (ode'eeh..GR ku). Saya cuma ngangguk dan memegang palang tersebut. Yang kalau terbuka kita ikut tertarik, begitupula jika tertutup. Pokoknya serba salah deh. Ya sutralah...daripada baku pegang-pegang tangan sama orang yang tidak mau dipegang.

Belum cukup penderitaan tersebut, saya masih harus turun pada halte ketiga, halte Harmoni, yang merupakan halte sentral, yang kalu sentral artinya pusat, yang kalau pusat artinya disitulah berjubel semua orang and yepp!! I am right! Sampai di halte Harmoni, penumpang berjubel antri puaaaaaaaanjang macam antri dapat anu gratis. Mana lagi pergerakan maju nya sangat lambat macam sinyal internet yang sedang buffering. Mau direfresh bagaimanapun tidak ada perubahan. Dikarenakan kuota penumpang dan kecepatan juga ketepatan bus untuk sampai tidak seimbang. Jadilah mengkeret saya terhimpit mengantri dengan bau parfum yang akhirnya sudah terkalahkan oleh CO2 yang dikeluarkan oleh kami semua. Keringatan...berminyak...pakaian lecek...
Saya sudah merasakan bagai sedang lempar jumroh berhimpit-himpitan begini, berjejalan, tinggal teriak saja Allaaaahu Akbar...terus lempar batu (hahahahaaaa...).
Saling dorong mendorong padahal di depan sana bus belum tampak. Si gadis manis di depan saya nengok "jangan ngedorong dong mbak!". Saya pun menjawab, "dari belakang mbaaak...bukan sayaa..saya juga di dorong iniiih.." sambil enjut-enjutan karena didorong-dorong.

Grafik dorong-mendorong ini bakal lebih parah lagi kalau bus sudah ada di mulut halte. Wuidiiiih..macam seismograf, pasti sudah tidak terbaca grafiknya (tinggal nyawa mami sama tas di pegang hahaha...). Baku himpit menghimpit dan dorong saking tidak mau tertinggal bus demi ke kantor.Tapi apa dinyana....bus sudah cukup penuh dari halte sebelumnya..sehingga hanya mampu menampung beberapa dari seribu (lebaaaay...) orang. Dan kejadian cukup berbahaya ketika saya sudah mencapai bibir pintu halte yang akan menghubungkan dengan pintu bus jika datang. Jadi di depan kita sudah tidak ada pengaman lagi langsung jalan raya dengan intensitas kendaraan yang cukup banyak berlalu lalang. Tidak ada pegangan pula sama sekali. Namun penumpang dari arah belakang terus saja mendorong sampai saya dan beberapa orang hampir jatuh ke jalan raya dan bisa berakibat tabrakan yang fatal. Saya langsung saja teriak,

"woooyy!!! jangko dorong-dorong di belakang woyy mauma jatuh ineeeh!!" 
Eaaakooo...hilang sudah logat. Nyawa ineeeh..
Tapi teriakan cuma jadi teriakan. Dorong-dorong tetap terjadi. Mungkin ada korban baru berhenti.
Saat bus datang pun saya macam selamat dari lubang buaya masuk ke dalam sarang harimau. Buah simalakama. Naik terhimpit macam sarden. Tidak naik terlambat. Lillahi ta ala saja hehehehe....

Bus datang....pintu terbuka...petugas teriak-teriak...
"Pelan-pelan buuu!! Pelan-pelan buu!!! Perhatikan langkah kaki...awas jatuuh...! Jangan berebut di belakang masih banyak buuus!!"

"Iyo masih banyak ka ta satu jam pi lagi na datang, endedeeeh na caritai maki sede.."

Dalam hati bergumam saya pun mengerahkan niat (niat perlu toh..) masuk ke dalam tanpa mempersilahkan yang mau turun keluar lebih dulu. Tidak perlu khawatir untuk memasukkan diri sekuatnya ke dalam bus yang sudah penuh sesak. Karena dorongan dari belakang yang mau masuk sudah cukup kuat. Yaaaakkk...dorong masuuuk...
Bahkan container yang mau di stuffing saja bisa lebih teratur daripada manusia (hahahaha..). Di dalam sudah tidak perlu pegangan lagi deeeh...sudah cukup sesak (masih lebih luas space nya ikan sarden kalengan dibanding saya di transjakarta kayaknya deh...). Jadi paling saling miring ke kiri dan miring ke kanan saja bersama-sama. Badan sudah saling berhimpit satu sama lain (na kalah rapatki shaf salat berjamaah, jadi tidak bisa mi setan datang mengganggu hehehe..). 
Murah sih muraaah....dengan 3500 sudah bisa kemana-mana. Tapi yaah sebandinglah dengan fasilitasnya. Di dalam bus yang terdesak ke pintu kaca. Saya cuma bisa memandangi dari luar, banyaknya mobil pribadi dengan kapasitas 4-5 orang, cuma berisikan 1 orang. (ajattongkiiii eee...mautaa dirasaaa...duduk enak-enak)

Keluar dari bus....badan sudah beraneka ragam budaya (eh maksud saya bermacam-macam mi bau nya...subhanallaaaah.....). Perasaan tadi mandi tapi sudah tidak ada segar-segarnya. Dan berjalan gontai lemah dari halte. Saya masih berjuang untuk lanjut perjalanan....naik KOPAJA. (Eaaaaaahhhhhhh....ini mi pesaing na pete-pete kalo mau baku saing-saing sapa paling lama baru mau jalan). Haaah..salamak ko Aya.

















2 komentar

Dededeh perjuanganta baru dimulai pagi sampai pagi kembali kak, kerrraaaassss mmg Jakarta. Itu tommi yg bakalan jdi catatan amalta supaya na pertimbangkanki Allah bara' jadi menejer tojengki nantihh Aamiin aamiin

Reply

Posting Komentar