BLOODY COPPENG!!!


BLOODY COPPENG

Waktu kecil saya tinggal di desa, tepatnya di Minasate'ne, Pangkep. Dan buat lebih kerennya, Minasate'ne di singkat jadi Misten. Kitaaa...orang Misten cuuy.... ;)

Namanya hidup di desa, fasilitas umum yang ada tidak sebagus kota dong. Jadi kami anak desa ini harus bisa lebih kreatif buat memuaskan desire kekanakan kami.

Sungai dan kali di bayangkan kolam renang. Rumput yang basah di jadikan alat buat main ala skaters. 

Masih saya ingat dengan jelas bagaimana saya harus berbohong pada mamak dan bapak dengan alasan belajar kelompok, padahal saya cuma tergiur sama ajakan teman yang pohon Coppeng nya sedang berbuah banyak, dengan mata yang bersinar-sinar di waktu istirahat siang sekolah (itu hari) si Irma menjawil keras (betul-betul keras sampe kurasa di tulang sumsum belakang ku) pinggang saya,

"weh Lia!! moko pigi rumahku sebentar nah!!"

"aaih...nda bolehka sama mamakku pigi-pigi kalo pulang sekolah belaah..."

"iihh..jammako padeng...padahal banyak na buah na pohon coppeng ku gang!..mau ki juga Tia' sama Bo'di pigi juga.."
 

Entah apa nama asli dari pohon coppeng ini, sudah sejak dahulu kala saya mencari nama (yang lebih bagus di sebut) dari pohon buah ini. Ciri-ciri buahnya itu besar seukuran jempol orang dewasa, jika matang warnanya berwarna ungu tua (sebenarnya) tapi karena saking tua nya warna ungu itu maka jika di lihat sepintas buah itu terlihat berwarna hitam. Rasanya manis dan sedikit agak sepat. Jadi biasa jika ingin di makan harus di goccang (baca : di kocok) dengan gula pasir. Wudiihhh..nge bayangin nya saja saya sudah menelan liur (hahahaha...). Itulah Coppeng (buat yang tahu nama ilmiahnya....kasi tau ka nah!!).

Jadi dengan segala bayangan nikmatnya itu buah coppeng, saya dengan segenap air liur yang tiba-tiba membuncah akhirnya berputar otak untuk mencari cara terbaik supaya bisa keluar rumah di siang sepulang sekolah. Jangankan untuk mendapatkan ijin, untuk meminta ijin dari bapak saja saya sudah sangat takut. Kami bersaudara sangat sulit untuk keluar rumah dengan alasan hanya untuk bermain-main saja. Paling banter kami hanya boleh main di sekitaran rumah saja. Yang kalau magrib sudah hampir tiba dan kami belum pulang itu, kami akan segera melihat bapak ada di ujung jalan berdiri sambil teriakkan nama kami satu-satu....menolehlah kami....dan di lihatlah bapak yang acungkan tangan ke atas....tanpa sepatah kata lain...tapi tatapan matanya bak malaikat yang mau meniup sangkakala. Kalau sudah begitu, badan dan jantung kami berdegup berirama dengan kompak, nafas sesak, dan keringat bagai biji jagung berjatuhan...

"waaahhh....bakal dapat gebuk lagi ini...."

Dan di akhir cerita kami bertiga akan sedang di olesi minyak gosok oleh mamak di bagian tubuh yang terkena pukul cambuk kayu bapak sambil masih sesenggukan yang harus di tahan setengah mati, karena kalau masih terdengar bapak (awweeee....) akan sangat bahaya. 

"..kenapa itu!! kenapa masih ada suara menangis bapak dengar!! masih mau bapak pukul iya!!"

Brrrr....ampung bapaaaak.

Hehehe... itulah bapak yang mengajarkan disiplin tidak tanggung-tanggung.

Jadi waktu itu saya benar-benar tergiur oleh coppeng teman saya. Pulang sekolah saya cuma bilang sama Irma si empunya pohon untuk mengajak Tia' dan Bo'di datang menjemput saya ke rumah dengan membawa buku pelajaran, sehingga saya bisa berspekulasi bahwa mau belajar kelompok.

Pulanglah saya ke rumah, cepat-cepat ganti baju, makan dan cuci piring (biar baeki perasaan na mamak sama bapak). Tidak berselang lama datanglah trio yang bakal menjalankan misi "bohongi bapak dan mamakku". 


"Samlikuuuuuuummm....Liaaaa.....!!!" ujar mereka kompak.

Saya cuma mengintip dari balik jendela kamar, wuidiihh...mereka benar-benar total dalam menjalankan misi. Irma yang tidak pernah pakai rok jika pulang sekolah, terlihat "berusaha" manis dengan memakai rok coklat tua nya (yang baru saya sadar nantinya kalo itu ternyata rok seragam pramuka ..ckckckck....), Tia' yang jangkung nan kurus itu sedang memperbaiki jepitan rambut  (hadiah karoppo')  kupu-kupu nya berkali-kali, sementara Bo'di yang paling pendek bahkan memakai sepatu lebarannya sekalian dengan kaos kaki nya yang lubang di tumit (na pakamma cidu' sekali tumitnya).

Keluarlah mamak saya menyambut mereka. Mamak saya juga merupakan guru di sekolah kami, jadi mereka melihat mamak saya dengan manggut-manggut dan senggol menyenggol menjadi satu. Baku dorong-dorong satu sama lain dan baru selesai setelah ada satu yang (mau mi..) nangis ( di pakamma senggol terlalu keras na Irma).

"Kenapa nak??...", tanya mamak saya

........................... belum ada yang bersuara.

"Cari Lia ya??", mamak saya kembali bertanya.

............................masih belum ada suara. Hanya anggukan ketakutan saja yang ada.

"oohh...ya sudah masuk sini, Liaaa....... ada teman mu nih.."

Saya yang sudah tahu kedatangan mereka langsung lompat keluar. Mamak pun masuk kembali ke dalam rumah. Saat saya menemui ketiga partner trio saya, mereka kembali baku dorong-dorong.

"awasko kau Irma nah!....keras nu gank senggol ki, sampe ta mau jatuh gank!", si Bo'di mangkel.

"ih..ka nda di sengajaki Bo'diii...ngapamoe kodoong, i Tia' waeng nda mau ki bicara-bicara padahal ada mi Bu Iin keluar!"

"ih!! ka kenapa na saya nu suruh bicara gank! mallak2 memang ma' itu!", si Tia' ikut sewot.

Saya langsung melerai.

"wee..sudami..ayokmi pigi, minta ijinga dulu nah! Bilangko semua nanti kerja kelompok IPA nah! Di suruhki cari jenis-jenis daun, baru di rumah nu ki cari Irma toh!!"

Setelah semua selesai di komando. Akhirnya saya minta ijin ke belakang. Seperti yang sudah saya duga. mamak dan bapak keluar untuk meminta kepastian dari para teman saya yang tiba-tiba langsung pucat pasi ketakutan.

"mauko kerja kelompok di rumahnya siapa?"

"di rumahnya Irma bapak...", ujarku

"yang mana di bilang Irma?"

Irma ngacung tangan sambil telan ludah (kayak mau di tembak senapan saja).

"oohh,,anak na ko sapa?"

Bla...bla...dan blaa....

Setelah segala perijinan nan kompleks dan rumit (na kalah2 negosiasi gencatan senjata). Kami pun (lebih benarnya saya sendiri) langsung di ijinkan dan harus pulang sebelum maghrib. Okkeeeeh......POHON COPPENG HERE WE GOOOOO!!!!

Rumah Irma terasa sangat dekat dan kami tiba dengan sangat cepat.
Sampai di sana kami langsung membuang buku kami di teras depan rumah Irma. Langsung berlarian ke kebun belakang rumah Irma tempat si Pohon Coppeng itu tumbuh. Buahnya dari jauh sudah kelihatan mendominasi jumlah daunnya. Seakan melambai-lambai dari jauh pada kami untuk segera di petik. Seperti zombie yang kehausan darah, itu liur baku telan menelan di dalam mulut (aawweee...cinna dudu maki kodong).

Irma si empunya pohon seperti sudah hafal rute tercepat memanjat tiba-tiba saja sudah di atas pohon. Memakan buah coppeng yang bisa dicapainya dan membuang biji-biji bekasnya ke arah muka kami. Tidak kalah dengan Irma, Bo'di langsung membuka sandal lebarannya beserta kaos kaki bolong nya dan memanjat bagai kera. Si Tia' pun lebih cepat sampai dengan jangkauan kaki dan tangan jangkungnya.

Hanya saya si anak rumah yang tidak jago manjat ini tertinggal di belakang. Menadah (seperti pengemis) buah-buah jatuhan si anak-anak (yang menurut saya) keturunan kera itu (hahahahaha...). Lincah nian mereka memanjat pohon tinggi itu. Karena tidak bawa kantong plastik, saya pun menjadikan kaos Tshirt yang saya pakai untuk menadah buah coppeng yang di jatuhkan oleh mereka. Tapi tidak puas rasanya tidak menikmati buah langsung dari pohonnya. Saya pun berusaha untuk manjat sendiri.

"hati-hati ko nah..banyak itu gumbe' na ini pohonga", si Irma mengingatkan

Jadi Gumbe' itu semacam semut, tapi dia tinggal di pohon, kalau menggigit rasanya sakit sekali. Tapi demi buah coppeng itu saya tidak peduli!!! Coppeng is eveything!!!

Hup!! naik satu kaki...memegang dahan, meraih yang lain. Sampailah saya di atas pohon, nangkring dengan posisi buka kaki nya olahraga Pilates. Raih sana, raih sini, makan coppeng. Sampai saya tidak sengaja tarik buah yang ternyata juga jadi markas besar a.k.a tempat tinggal dan berdomisili nya GUMBE'!!!! Omaygaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat!!!!

Gumbe'-gumbe' itu langsung keluar berlarian, menggerayangi saya yang sedang bertahan memgang ranting. Waahh...bahayaaa....gumbe'-gumbe' itu mulai menggigiti saya yang bergelinjang kesakitan.

"turunkoo!! turunko cepat Lia!! saya pi ambilkanko coppeng!! na gigit terus ko itu gumbeka nah!!"

Belum sempat saya turun baik-baik, ranting yang saya injak langsung patah akibat goyangan saya. 

GUBRAAAKK!!!!!!

Jatuhlah saya di sawah kering di bawah pohon, sambil di ketawai teman-teman yang masih nangkring di atas. Haduuhh....itu bokong remuk redam macam di cambuk bapak seratus kali. Parahnya lagi betis belakang saya luka terkena patahan kayu. CK!!
Tidak apalah...ini namanya pengorbanan. Akhirnya saya cuma bekerja nadahin jatah coppeng yang di jatuhkan teman-teman dari atas pohon, sesekali masuk ke dalam kantong, dan lebih banyak masuk ke dalam mulut saya.

Setelah puas dengan coppeng dan gumbe'nya. Saya sudah harus pulang sebelum di jemput paksa oleh bapak. Tidak lupa mengambil beberapa helai daun untuk jadi alibi di rumah, sebagai bukti. 
Sesampai di rumah, saya nikmatin itu coppeng dengan adik-adik saya secara diam-diam di dalam kamar. Ambil baskom plastik, cuci itu coppeng, kasi gula pasir baru di kocok-kocok supaya taccampurki (baca: tercampur) manisnya dan hilang sepatnya. Habis itu cuci mulut supaya lidah tidak terlalu hitam kena getah coppeng. Pokoknya assipaaaaa'...... :), terbayar semua derita rasanyaaa... ^^

Tapi apa dinyana....luka akibat manjat pohon tidak jua mengering, malah jadi semacam borok yang melepuh. Ck!!! Padahal sudah hari Senin yang harus upacara bendera. Betapa tidak nyamannya saya berdiri pada barisan kelas, panas pula...dan parahnya itu luka saya di kerubungi lalat!!! *muke gileee...*

Awalnya saya tidak mau perduli dan membiarkan itu lalat dan teman-temannya beterbangan di sekitar betis luka saya untuk kemudian hinggap. Bikin gatal sih...tapi tidak peduli sesering mungkin saya menggoyang-goyangkan kaki, itu lalat akan kembali hinggap. Saya sudah capek dan membiarkan saja....sampai akhirnya petaka memalukan itu datang di hidupku yang masih lugu dan manis ini....

Ada yang nyeletuk dari belakang saya, tepatnya di barisan cowok yang bersuara...

"We Lia... Na hinggapi lalat mor-mor nu...itue!" 
*kampreeeeettt*  (menger ji toh apa di bilang mor-mor....)

Dan pas saya memutar kepala demi melihat siapa yang dengan kurang ajarnya nyeletuk, yang menjatuhkan harkat dan martabat diri ini (ketua kelas ka' saya dulu gank!), yang saya liat ternyata.....wakil ketua kelas ku....si Emin....yang rupawan....yang aduh...untuk melawannya saja saya sudah tidak bisa karena kepalang malu....masalahnya (ka ternyataaa....toh...andalangaaaa bicara).

Mana lagi si Emin ketawa-ketiwi yang kayak mengejek sekali. CK!!!

Ini lah!! Gara-gara (na la'ju sikaliaaa) sama Coppeng!!! Bukannya di puji malah ini borok hasil manjat pohon jadi ejekan do'i. Bloody Coppeng!! Susah sekali buat nikmatin itu buah, minta ijin harus bohong...jatuh dari pohon, dan akhirnya borok hasil jatuh itu jadi ejekan gebetan.

Yaaaah....banyak hal di masa lalu yang asli bikin ngakak kalau di ingat-ingat sekarang ini, bukan?!




Posting Komentar