JAMBAN

http://dheryudi.files.wordpress.com/2012/12/pintu-toilet.jpg?w=648

Kata orang..bicara tentang jamban di sosial group, entah itu mau media apapun adalah tabu. Tapi kurasa tidak se-tabu jika kita bicara seks bahkan ketika hal tersebut di buat se-bias mungkin.

Dan entah kenapa kali ini setelah planga-plongo sendirian di dalam kelambu tua hijau milik kakek saya yang merupakan eks TNI, tiba-tiba perut saya mules, tapi...di luar kelambu, udara sangat dingin karena habis hujan, jejangkrik juga bersahut-sahutan di luar sana. Makin bikin enggan untuk memasang diri di atas jamban. Membiarkan diri jadi mangsa nyamuk-nyamuk yang haus darah.  Akhirnya sebisa mungkin saya menahan rasa mules ini sembari komat kamit membaca mantra anti sakit perut yang pernah saya baca di komik Chibi Maruko Chan, “sakit perut..sakit perut..pergilah engkau ke balik gunung”. Dulu..entah karena sugesti, tiap kali kebelet untuk ke toilet di waktu masih sekolah di SMA, mantra ini akan selalu manjur. Haha..dan kali ini pun adanya.

Tadi setelah sembuh mulesnya, ...saya jadi teringat waktu dulu. 
Waktu masih SMP atau kami menyebutnya tsanawiyah, yeah..ive told you, saya anak Mangkoso, pesantren yang penuh karomah (insya Allah). Dulu tiap pagi-pagi setelah solat subuh, pasti para anak asrama sudah pada menalang air, yaah,,bukan menalang air sih, tepatnya menimba air di sumur. Sumur besar yang di dalamnya sudah banyak sarung mandi yang terjatuh dan beberapa timba sumur yang tidak terselamatkan. Bahkan ayam juga pernah jadi korban tercebur. 

Cebar..cebur...silih berganti itu air di timba bergantian. Jadi karena jumlah kamar mandi nya terbatas, kami tentulah harus berebut, berlomba siapa paling cepat masuk kamar mandi embernya, maka dia yang akan masuk pertama untuk mandi. Bahkan tiap-tiap dari kami memiliki timba sumur masing-masing, kami membuatnya dari tube bekas cat, di tuliskan nama-nama kami para pemiliknya agar tidak hilang. Dan karena kami cewek jadi bisa di liat siapa yang paling bagus tali timbanya dan yang paling ra’masa’ (baca: jelek). Dengan demikian kami tidak akan kesulitan untuk mengisi air pada ember masing-masing.  Nah..di sinilah biasanya perseteruan itu terjadi (tsaaahhh...). 

Untuk dua kamar (yang satu kamarnya berisi belasan santri) hanya tersedia satu sumur besar beserta  empat kamar mandi, sedangkan dari  4 kamar mandi itu hanya tersisa dua yang masih bisa beroperasi. Jadi bisa di bilang hanya dua kamar mandi untuk kurang lebih 20an santri. Dan di saat pagi tiba....kami-kami itulah yang harus berebut kamar mandi agar tidak terlambat ke sekolah. 


Masih teringat dengan jelas di pelupuk pelipis eh..maksud saya di pelupuk mata, bagaimana kami para kamar A 12 yang notabene junior harus menelan ludah karena ternyata kamar mandi sudah di kuasai oleh kakak-kakak senior dari kamar A9, ember-ember berisi air yang sudah berjejer, terpampang nama-nama kakak senior. 


Apalagi..jika bicara tentang morning sick yang entah kenapa selalu menghantui...bukan karena kami sedang hamil, tapi morning sick yang kami alami adalah....sakit perut!!!! ><

Yeah..jadwal buang hajat itu selalu muncul di pagi hari...entah bagaimanapun kami menyiasatinya. Ada yang coba memancing sakit perut pas sebelum solat subuh lah...atau tidak mau makan malam supaya tidak sakit perut di pagi hari lah. Tapi sakit perut itu datang di waktu-waktu yang sangat urgent. Yang harusnya cepat mandi untuk ke sekolah. Harus terunda karena sakit perut. Yang paling saya ingat dan bikin ngakak adalah..ketika ada dari kami yang sakit perut tapi pas giliran lari ke depan toilet ternyata sudah panjang ember yang berjejer dengan nama-nama para kakak senior (kalo pernah lihat orang di afrika yang antri air pake ember, begitulah bentuk dari jejeran ember di depan toilet kami dulu). Yang artinya, kami harus melalui beberapa ember itu dulu untuk kemudian dapat giliran “bahkan walau hanya untuk sekedar pup saja” (alamaaakk..). 


Dan tiap kali hal itu berulang dan berulang, dari pagi ke pagi lainnya. Ada teman saya yang paling tidak bisa nahan pup (who can actually?). Dia akan jongkok di depan embernya sembari memasang muka memelas, antara muka mau nangis, meringis, dan keringetan. Memegang ujung-ujung embernya berkali-kali sambil tarik dan buang nafas ala ibu-ibu hamil yang sudah hampir pembukaan lima. 

Sebut saja dia Bunga (demi menjaga kehormatan dan harga diri, nama narasumber  di samarkan *tsaah...). Tiap kali kami selalu mendapati Bunga sudah berada di ujung antrian ember, pucat keringetan macam mau melahirkan. Saya yang juga tukang kebelet pagi-pagi, akhirnya malah jadi ketawa gegara lihat wajahnya Bunga yang aduhai bikin kita antara kasihan dengan lucu. 

Tiap kali pasti ku tanyai dia, “we...sakit sekali perut nu kah?”. Dan di jawab, “iyo belah..sakit sekali mi, nda bisa ma tahanki kurasa” dengan muka pias berkeringat dingin seperti habis lihat setan. Saya yang lihat mukanya jadi mesem-mesem (baca: ketawa nda kentara tapi lubang hidung kembang kempis).  Akhirnya ada teman lain di belakang yang bilang, “janko jongkok..tambah mau keluar itu nah! Cobako duduki tumit kaki nu, supaya nda terlalu mau keluar, jadi bisa ko tahan-tahanki sedikit”. Dan akhirnya Bunga mengikutinya, yang tadinya dia jongkok, sekarang sudah berpose duduk ala hamba sahaya yang sedang menyerahkan upeti pada rajanya (ahahhaaa....mengerti jaki’?!). Sementara senior silih berganti memakai kamar mandi tanpa memperdulikan Bunga yang meringis-ringis di depan ember. Tapi biasanya pada akhirnya ada juga yang iba dan berkata...”masuk mako dulu Bunga, adedeh kamasean nu itu kodong, gappa ka keluar di situi, kita’ itu na sessa”. 


Dan tanpa ba bi bu lagi ketika di kasih ijin melewati barisan ember senior, Bunga gelagapan masuk kamar mandi sambil angkat dia punya ember besar yang berisi air. Menutup pintu dengan sigap. Mengunci...
 Hening. 
Dan kami pun temannya akhirnya tenang beberapa saat sampai si Bunga teriak dari dalam kamar mandi “Liaa....pinjanga dule timba gayung  nu e...kulupai punyaku di kamar!!!”.

 *gubraaakkkkkkkk!!!!!!!*

Hehe...selalu ada yang bisa bikin tersenyum tiap kali ingat masa-masa di Mangkoso sana. Bahkan ketika saya melewatinya dengan susah payah. Sampai akhirnya lulus dan bisa lihat dunia di luar pesantren yang kami juluki “Penjara Suci”. Hope you enjoy it too ...;)

2 komentar

slalu tersenyum.... btw klo mandi di jamban itu byar gak?

Reply

arigato kakaaaaak ;)

Reply

Posting Komentar